Sabtu, 14 Februari 2015

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DAN IMPLIKASINYA




Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu dan bersifat eksternal karena sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar di dalam diri individu (Benny A. Pribadi, 2009: 10-11). Syaiful Sagala mengemukakan empat variabel interaksi dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (2009: 63).

Dengan demikian guru harus berperan untuk menciptakan situasi atau lingkungan belajar bagi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan efektif dan efisien. Untuk menciptakan situasi dan lingkungan yang tepat bagi para peserta didik, seorang guru wajib memahami beberapa prinsip berkaitan dengan prmbelajaran.

Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya); dasar”. Prinsip juga dapat dimaknai sebagai Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat diartikan sebagai  sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak atau bertindak. Dengan demikian, prinsip pembelajaran merupakan  landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.


Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip pembelajaran yang harus dipahami dan diguasai oleh seorang guru, agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, antara lain:

Dua belas  prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Atwi Suparman dari adaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :

  1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
  2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dili ngkungan peserta didik.
  3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
  4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
  5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
  6. Situasi mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan peserta didik selama proses siswa belajar.
  7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu peserta didik.
  8. Kebutuhan memecahkan materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.
  9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
  10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila peserta didik diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
  11. Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
  12. Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.

Sedangkan Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:

  1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat peserta didik dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
  2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai mengikuti pelajaran.
  3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
  4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
  5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir peserta didik agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
  6. memperoleh kinerja/penampilan peserta didik (eliciting performance): peserta didik diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
  7. memberikan balikan (providing feedback) :  memberitahu seberapa jauh ketepatan performance peserta didik.
  8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik menguasai tujuan pembelajaran.
  9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.


Syaiful Sagala (2012: 150-153) mengemukakan 4 prinsip pengajaran, yaitu:

  1. Prinsip perkembangan, peserta didik yang sedang belajar di kelas berada dalam proses perkembangan, dan akan terus berkembang. Pembelajaran harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
  2. Prinsip perbedaan individu, setiap peserta didik memiliki cirri dan karakteristik yang berbeda-beda. Pembelajaran harus mempertimbangkan dan mengakomodasi setiap perbedaan karakteristik peserta didik.
  3. Prinsip minat dan kebutuhan, setiap peserta didik memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda-beda. Pembelajaran harus memenuhi kebutuhan dan disesuaikan dengan minat peserta didik. Meskipun tidak dapat memenuhi minat dan kebutuhan secara total, tetapi sedapat mungkin mendekatinya.
  4. Prinsip motivasi, setiap perbuatan belajar pasti didorong oleh motif-motif tertentu. Pembelajaran harus dapat menumbuhkan dan memelihara motivasi peserta didiknya.


Oemar Hamalik (2003) mengemukakan delapan prinsip pembelajaran, yaitu:

  1. Belajar senantiasa bertujuan berkenaan dengan pengembangan perilaku peserta didik.
  2. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.
  3. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan melalui penguatan.
  4. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.
  5. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tidak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.
  6. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu.
  7. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.
  8. Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain.
Selain beberapa prinsip yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan di atas, prinsip pembelajaran yang berlaku secara umum, antara lain:

  1. Perhatian dan motivasi, perhatian  dan motivasi peserta didik akan timbul apabila pembelajaran yang diikutinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila materi pelajaran itu sebagai sesuatu yang dibutuhkan maka perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat. Motivasi yang kuat akan meningkatkan perhatian peserta didik.
  2. Keaktifan, pembelajaran harus mengkondisikan peserta didik untuk berperan aktif. Dengan demikian, pembelajaran harus menyediakan pengalaman belajar yang dapat mengaktifkan peran serta peserta didik, sehingga pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik semalin lengkap.
  3. Keterlibatan Langsung, pembelajaran dengan pengalaman langsung bukan hanya sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut.
  4. Pengulangan, dengan adanya pengulangan, hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu diperbanyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan.
  5. Perbedaan Individual, untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri atau karakteristik peserta didik tersebut.
  6. Tantangan, pembelajaran harus memberikan tantangan yang menarik bagi peserta didik untuk dapat memecahkannya.
  7. Balikan dan Penguatan, peserta didik akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.


Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip pembelajaran dan implikasinya, yang akan membantu pemahaman bahwa prinsip-prinsip ini memberikan implikasi sehingga pererapannya harus tepat.



Prinsip pembelajaran dan implikasinya menurut Atwi Suparman:
Prinsip Pembelajaran
Implikasinya
Respon-respon baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut.
Perlunya pemberian umpan balik dengan segera atas  keberhasilan atau respon yang benar dari peserta didik.
Peserta didik harus aktif membuat respon.
Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam lingkungan peserta didik.

Perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada  peserta didik sebelum pelajaran dimulai agar peserta didik bersedia belajar lebih giat.
Penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan peserta didik dalam proses belajarnya.
Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan.
Pemberian isi pelajaran yang berguna pada peserta didik di dunia luar ruangan kelas.
Memberikan umpan balik berupa imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik.
               
Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.

Pemberian kegiatan belajar kepada peserta didik yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata.
Penyajian isi pelajaran menggunakan berbagai alat simulasi, gambar, diagram, film, kaset audio, model, dramatisasi, serta berbagai metode dan media pembelajaran yang lain.
Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti pemecahan masalah.
Perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga contoh yang negatif.

Status mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan peserta didik selama proses belajar.

Apa yang akan dikuasai siswa setelah selesai proses belajar.
Bagaimana peserta didik menggunakan apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana sesuatu yang dikuasainya itu dapat melengkapi,menambah, atau berintegrasi dengan apa yang telah dikuasai sebelumnya.
Bagaimana prosedur yang harus diikuti peserta didik agar ia mencapai              tujuan pembelajaran.
Bagaimana cara penilaian yang akan diberikan kepada peserta didik.
Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu sebagian besar peserta didik.
Penggunaan buku teks terprogram.
Guru harus menganalisis pengalaman belajar peserta didik menjadi kegiatan-kegiatan kecil dan setiap kegiatan tersebut disertai latihan dan umpan balik terhadap hasilnya.
Kebutuhan memecah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil akan dapat dikurangi bila materi belajar yang kompleks itu dapat diwujudkan dalam suatu model.
Penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada peserta didik, seperti model, film, program televisi, program video, drama, dan demonstrasi.

Keterampilan tingkat tinggi, misalnya keterampilan memecahkan masalah adalah perilaku kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana.

Tujuan pembelajaran umum harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional agar dapat dianalisis menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus.
Demonstrasi atau model yang digunakan harus didesain sejalan dengan hasil analisis, agar dapat menggambarkan secara jelas     komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku yang kompleks tersebut.
Belajar cenderung menjadi cepat peserta didik diberi informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah.

Urutan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana dan secara bertahap menuju kepada yang lebih kompleks.
Kemajuan peserta didik dalam menyelesaikan pelajaran harus diinformasikan kepadanya agar keyakinan kepada kemampuan                 dirinya lebih besar untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks pada waktu yang akan datang.
Perkembangan dan kecepatan belajar setiap peserta didik bervariasi.

Pentingnya penguasaan materi pelajaran prasyarat oleh peserta didik sebelum mempelajari materi selanjutnya.
peserta didik mendapat kesempatan maju menurut kecepatan masing-masing.
Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Pemberian kemungkinan bagi peserta didik untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain, di samping yang telah ditetapkan dalam sistem pembelajaran agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar