Kamis, 19 Februari 2015

Belajar Melalui Permainan



Gagasan bahwa anak akan belajar dan berkembang diawali oleh Frobel. Sebagian besar program PAUD telah memasukkan permainan dalam kurikulum. Montesori keikutsertaan anak dalam materi dan lingkungan sebagai sarana utama untuk belajar. John Deway: anak belajar melalui keterlibatan dalam permainan yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Piaget: permainan meningkatkan pengetahuan kognitif dan merupakan sarana  membentuk pengetahuan melalui keikutsertaannya. Vygotsky: interaksi sosial yang terjadi dalam permainan penting bagi perkembangan kognitif anak. Memberi kesempatan bagi anak untuk memilih beragam kegiatan  yang direncanakan dengan baik akan meningkatkan kemungkinan belajar melalui permainan. 

Mildren Parten mengidentifikasi enam tahap dan deskripsi permainan sosial anak:

  • Permainan diam: permainan di mana anak tidak bermain dengan apa pun atau siapa pun.
  • Permainan sendiri: permainan di mana anak bermain sendiri.
  • Permainan menonton: permainan di mana anak menonton dan mengamati anak-anak lain.
  • Permainan menyamai: permainan di mana anak bermain sendiri namun dengan cara dan mainan yang sama dengan anak-anak lain.
  • Permainan asosiatif: anak berinteraksi satu sama lain, mungkin menanyakan pertanyaan atau berbagi bahan, namun tidak bermain bersama.
  • Permainan kooperatif: anak-anak bermain secara aktif , sering karena diatur oleh guru.

Yang dipelajari anak selama bermain:

  • Mempelajari Konsep: konsep yang ber kaitan dengan panca indera: menyentuh, melihat, mencium, mendengar, merasakan; dan  konsep logis matematis yang terkait dengan klasifikasi, pengurutan, penomoran, ruang, dan waktu.
  • Mengembangkan keterampilan sosial: berbagi, bergiliran, bernegosiasi, berkompromi, dan memimpin.
  • Mengembangkan keterampilan fisik, yaitu menggunakan otot halus dan otot kasar.
  • Mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan bahasa dan baca-tulis: kesadaran fonologi: mempelajari bahwa bunyi membentuk kata dan digunakan dalam kata; dan keterampilan percakapan, seperti bergantian dan merespon dengan cepat.
  • Meningkatkan harga diri: menunjukkan pencapaian dan kemampuan; dan menghubungkan pencapaian diri sendiri dengan pencapaian teman.
  • Menguasai situasi kehidupan serta bersikap untuk peran dalam kehidupan orang dewasa: belajar cara menjadi mandiri; berpikir; mengambil keputusan; dan bekerja sama/berkolaborasi dengan orang lain, yang meliputi orang yang berbeda budaya, ras, atau kemampuan.

Permainan sosial mendukung banyak fungsi penting, seperti:

  • Menjadi sarana untuk berinteraksi dengan orang lain, seperti belajar kompromi, menjadi fleksibel, dan menyelesaikan konflik.
  • Menjadi sarana untuk mempraktikkan dan mengembangkan kemmpuan baca-tulis.
  • Membantu anak mengendalikan emosi, seperti marah, kecewa, sedih, dan sebagainya.
  • Memberi anak teman untuk berinteraksi , meniadakan keterasingan dan membantu anak cara berinteraksi sosial

Tipe Permainan Lain:

  • Permainan Kognitif: Forbel, Montesori, dan piaget menyadari pentingnya permainan kognitif. Mereka semua melihat partisipasi aktif anak sebagai hubungan langsung ke pengetahuan dan perkembangan. Dari perspektif Piaget, permainan dianggap sebagai perkembangan kognitif secara literal.
  • Permainan fungsional
  • Permaian simbolik
  • Permainan games dengan aturan
  • Permainan bebas atau informal
  • Permainan sosiodrama/berpura-pura
  • Permainan out door
  • Permainan kasar

Pada saat aktivitas bermain terjadi:

  • Ciptakan lingkungan yang memastikan anak belajar memalui permainan.
  • Ciptakan lingkungan indoor maupun outdoor yang mendorong permainan dan mendukung perannya dalam pembelajaran.
  • Aturlah lingkungan kelas agar memungkinkan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran aktif terjadi.
  • Berikan materi dan peralatan yang sesuai dengan level perkembangan anak  dan mendukung kurikulum multi-budaya dan non-gender.
  • Tanyai anak mengenai permainan mereka. Bahaslah apa yang anak lakukan selama permainan, dan selidikilah apa yang anak pelajari melalui permainan.
  • Pastikan keamanan dalam permainan indoor dan outdoor.
  • Beri waktu untuk pembelajaran melalui permainan. Sertakan permainan dengan jadwal sebagai aktivitas yang sah dengan haknya sendiri.
  • Awasilah aktivitas permainan dan berpartisipasilah dalam permainan anak. Dalam peran ini, bantu, tunjukkan, dan pandu. Berikan bantuan seperlunya.
  • Amati permainan anak. Guru dapat mempelajari cara anak bermain dan hasil  pembelajaran dari permainan untuk digunakan dalam perencanaan aktivitas kelas.
  • Didiklah keluarga dan asisten mengenai pembelajaran melalui permainan.



Sumber Bacaan:

  1. Ahmad Susanto. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
  2. Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta: Indeks.
  3. Wowo Sunaryo Kuswana. 2011. Taksonomi Berpikir. Jakarta: Rosda Karya.


Tulisan dapat didownload dalam format pdf di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar